Internet Generasi Kedua

Bayangkan sebuah situasi dimana anda yang sedang menikmati liburan di luar negeri kehilangan dompet karena ulah pencopet. Tentu saja hal pertama yang  akan anda lakukan adalah segera menghubungi bank-bank terkait untuk memblokir kartu ATM atau kartu kredit yang bersangkutan, agar terhindar dari usaha-usaha penyalahgunaan. Keadaan akan menjadi runyam seandainya bank yang bersangkutan tidak memiliki call center yang siap 24 jam. Kehilangan dan perasaaan was-was yang terjadi jelas akan menyebabkan liburan anda terganggu. Sekembalinya ke tanah air, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah segera mengurus pembuatan SIM dan KTP baru sebagai pengganti yang hilang. Dapat dibayangkan berapa banyak waktu yang terpaksa harus terbuang seandainya di dompet yang hilang tersebut terdapat juga kartu asuransi, kartu kunci apartemen, kartu discount, kartu anggota perkumpulan,  dan lain sebagainya.

Atau pikirkan sebuah situasi dimana anda harus melakukan perjalanan bisnis di beberapa negara dalam waktu singkat. Sekretaris anda telah mempersiapkan segalanya, seperti tiket pesawat, kamar hotel, jadwal pertemuan, pendaftaran konferensi, makan malam, dan lain sebagainya. Namun di tengah-tengah aktivitas, terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti keterlambatan pesawat, perubahan jadwal kunjungan, berhalangan karena sakit, atau kasus-kasus lain. Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya sekretaris anda harus menjadwal ulang segala aktivitas dan memberitahu pihak-pihak terkait mengenai perubahan tersebut. Selain dibutuhkan usaha dan biaya yang cukup besar, tidak jarang terjadi situasi dimana yang bersangkutan harus mengganti hotel, maskapai penerbangan, jadwal makan malam, dan lain-lain. Belum terhitung kepeningan yang terjadi seandainya terjadi lagi perubahan jadwal dari pihak lain yang mempengaruhi aktivitas anda.

Contoh dua kasus di atas telah dicermati oleh para pelaku bisnis dan teknologi informasi di Amerika. Beberapa mengatakan bahwa telah saatnya diperkenalkan sebuah jenis pelayanan baru di era yang mereka istilahkan sebagai internet generasi kedua (Internet Chapter Two).

Pada era ini, anda yang mengalami kasus kehilangan dompet hanya perlu mengakses sebuah situs internet, memberitahukan identitas dan kejadian yang dialami. Dalam hitungan kurang dari 24 jam, anda akan segera mendapatkan pengganti kartu ATM dan kartu kredit yang hilang sehingga perjalanan liburan tidak menjadi terganggu. Demikian pula sekembalinya ke tanah air, anda akan mendapatkan KTP dan SIM baru telah siap di rumah anda. Hal yang sama terjadi pula pada kasus jadwal perjalanan anda. Cukup dengan memberitahukan ke situs internet tertentu mengenai jadwal perjalanan dan perubahan yang terjadi, mereka akan mengurus segalanya bagi anda, seperti memindahkan hari penginapan hotel dan jadwal penerbangan, membatalkan dan menjadwal ulang pertemuan, memberitahukan tentang perubahan kepada para kolega yang terlibat,  membatalkan pesanan makan malam di restauran, dan hal-hal terkait lainnya.

Para pelaku bisnis internet melihat hal ini sebagai sebuah market tersendiri yang memiliki nilai bisnis yang cukup besar. Asumsi yang dipergunakan adalah karena peristiwa di atas terjadi berulang-ulang kali di seluruh pelosok dunia dan menimpa orang-orang kelas atas yang memiliki penghasilan tinggi. Bagi mereka, besarnya uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan di atas tidak menjadi masalah sejauh reputasi mereka tetap terjaga, aktivitas mereka tidak terganggu, dan mereka terhindar untuk melakukan kegiatan administratif yang tidak perlu dan membuang-buang waktu. Konsep internetworking, e-business, dan e-commerce merupakan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam internet generasi kedua ini. Di sisi front office, diterapkan konsep relasi perdagangan B-to-C (business to consumers) dimana melalui teknologi internet yang dipadu dengan telepon (computer telephony), para pelanggan dapat dengan mudah menghubungi perusahaan jasa terkait jika mereka berada dalam masalah. Sementara di sisi back office, konsep hubungan B-to-B (business to business) antara perusahaan jasa dengan institusi-institusi terkait lainnya merupakan tulang punggung yang memungkinkan terwujudnya pelayanan tersebut.  Konsep internetworking sendiri merupakan perekat dari perusahaan penyedia jasa dengan pelanggan dan institusi-institusi terkait lainnya agar terjadi proses pelayanan yang efisien dan efektif.

Adapun jenis proses dalam kehidupan yang potensial akan menjadi incaran pelaku bisnis pada internet generasi kedua ini adalah aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan berbau administrasi dan birokrasi karena sifatnya yang membuang-buang waktu (time consuming). Kalangan menengah ke atas akan menjadi target pelanggan karena kemampuan mereka untuk membeli dan menikmati pelayanan dengan harga premium. Beberapa kalangan bisnis telah menargetkan industri pariwisata sebagai fokus pertama diterapkannya bisnis pelayanan di era internet generasi kedua. Industri-industri lain seperti keuangan, kesehatan, pendidikan, hukum, dan konsultasi akan menjadi target berikut. Selain tersedianya infrastruktur teknologi informasi yang handal, syarat-syarat utama bagi perusahaan yang ingin memanfaatkan peluang bisnis di era ini tidak dapat dikatakan sederhana (Indrajit, 2000).

Pertama, jelas bahwa setiap institusi yang akan dijadikan rekanan bisnis harus memiliki jaringan komputer yang memadai agar dapat menjalankan proses transaksi melalui internet (internet based company).

Kedua, harus adanya model bisnis yang memungkinkan dipergunakannya fasilitas komputer (software dan hardware) untuk menjalankan mekanisme transaksi tertentu.

Ketiga, adanya peraturan hukum yang mengijinkan dialihkannya pengurusan hal-hal tertentu oleh pihak ketiga, yang mewakili pelanggan. Keempat, adanya fasilitas call center dan komputer yang selalu siap melayani pelanggan dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Kelima, kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan secara cepat dan tepat mengingat tingkat urgensi yang dialami pelanggan.

Keberhasilan perusahaan di era ini adalah kemampuannya menciptakan value berupa penciptaan perlindungan, kenyamanan, dan efisiensi kepada para pelanggan kelas atas (mirip seperti fungsi seorang agent). Penerapan prinsip price discrimination (harga yang berbeda bagi masing-masing pelanggan untuk produk yang sama) merupakan strategi yang tepat karena sifat penawaran jasa yang sangat personal. Disinyalir bahwa para eksekutif negara-negara maju bersedia membayar harga yang cukup tinggi untuk mendapatkan jasa (atau menjadi anggota) sesuai dengan tingkat kebutuhan dan harapan mereka (consumer surplus). Siapkah perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk memasuki internet generasi kedua ini?

Leave a comment